Dibuka dengan adegan dalam pengadilan dimana hakim memberi penjelasan kepada juri yang dipilih secara acak dan berjumlah 12 orang tentang garis besar kasus seorang anak yang dituduh bersalah atas kematian ayahnya karena melakukan pembunuhan berencana dengan cara menikam ayahnya dengan pisau lalu memberikan waktu bagi juri untuk berunding
Setelah itu juri diberikan waktu dan tempat untuk berdiskusi untuk menentukan anak itu bersalah atau tidak, dimana peraturan hasil diskusi harus mutlak semua setuju atau semua tidak setuju
Konfliknya dimulai saat seorang dari juri memilih bahwa anak itu tidak bersalah sedangkan yang lain kebalikannya. hingga akhirnya argumen satu orang itu dapat menyadarkan satu juri dan kedua juri tersebut menyadarkan satu juri lagi dan seterusnya sampai semuanya memilih anak itu tidak bersalah
Adegan yang berkesan dalam film ini adalah saat voting tentang siapa yang setuju bahwa anak tersebut bersalah, 11 orang juri mengangkat tangan namun satu juri yang bernama Davis tidak mengangkat tangan, Ketika ia ditanya kenapa dia tidak mengangkat tangan dia menjawab “tidak mudah bagiku mengangkat tangan dan mengirim seorang anak ke kursi listrik tanpa mendiskusikannya terlebih dahulu”
Juga adegan ketika beberapa kali si Davis mengemukakan pendapatnya bahwa anak tersebut tidak bersalah beserta fakta pendorong dan hal itu membuat juri lain marah yang menyebutkan bahwa Davis hanya buang-buang waktu.
Pandangan gua sama si Davis dia bukannya mau membela si anak tersebut, tapi dia cuma mengutarakan kemungkinan-kemungkinan anak itu tidak bersalah juga alasan dia berfikir anak itu tak bersalah adalah karena semua bukti tidaklah mutlak dan bisa disangkal olehnya
Film ini murni menceritakan kemanusiaan
Juga tentang praduga tidak bersalah
Pesan yang bisa diambil di film ini adalah jangan menghakimi seseorang jika bukti/saksi tidak konkrit, bukti harus mutlak dan tidak berspekulasi. karena lebih baik melepaskan orang bersalah dari pada menahan orang yang tidak bersalah.